MITOS TENTANG PENGUSAHA (LEBIH ENAK JADI PEGAWAI???)
Mungkin sering di dengung dengungkan oleh trainer motivasional dalam seminarnya bahwa kalau anda ingin jadi kaya atau sukses jangan lama lama jadi pengawai, atau segera beralih jadi pengusaha dan sebagainya.
Tapi persoalannya jadi pengusaha itu ternyata sulit dan butuh keahlian, modal besar dan juga pengalaman.
Benarkah mitos demikian?
Ternyata yang menjadi Mitos pengusaha selama ini adalah salah dan keliru besar, bahwa sekarang setiap orang dapat menjadi pengusaha.
Ada Mitos mengatakan
Untuk menjadi Pengusaha membutuhkan Modal yang besar.
Tapi dalam kenyataannya menjadi Pengusaha itu adalah mencari uang,
bukannya mengeluarkan uang. Mulailah suatu usaha tanpa modal besar misalnya kita bisa menjadi penyalur babby sitter, sekretaris, operator telepon, atau Satpam, atau menjadi Guru Les. Mulailah dari 1 murid. Kalau muridnya berkembang dan perlu tempat kita bisa sewa ruangan yang hanya membayar per 2 Jam per minggu. Kalau muridnya berkembang hingga 200 kita bisa sewa Ruko.
kantor.
Untuk menjadi Pengusaha butuh keahlian tinggi.
Kebanyakan orang menjadi Pengusaha sebenarnya dimulai dari hal yang paling simple, misalnya Secure Parking hanya mencatat mobil masuk dan mobil keluar dikalikan Rp 2,000 per jam (lewat 1 menit bayar 1 jam).
Untuk menjadi Pengusaha harus ulet dan gigih, ternyata tidak harus ulet dan gigih juga bisa.
Contoh seorang Guru Les bahasa Mandarin di Apartemen Taman Anggrek mendidik anak-anak di lingkungan apartemen yang terdiri atas 8 tower disana diperkirakan ada sekitar 2,500 keluarga. Sekarang guru tersebut bisa membeli 2 unit apartemen dengan mencicil dari
uang les murid-muridnya.
Untuk menjadi Pengusaha harus anaknya Pengusaha, karena harus ada yang mengajari.
Itu dulu, sebelum adanya internet dan sms, sekarang asal ada wartel bisa search
di google bagaimana trik dan tip jadi pengusaha, peluang apa saja yang bisa dicari.
Untuk menjadi Pengusaha akan menghadapi resiko besar, bisa bisa income jadi seorang pengusaha lebih rendah daripada gaji bulanan kalau kerja di kantor dan jadi pegawai.
Ternyata menjadi perusahaan yang bekerja dibidang pendidikan untuk menyuplai tenaga kerja atau Outsource untuk tenaga Satpam, mendidik SPG, mendidik Calon Reporter dsb. Awalnya tampak lebih kecil tapi lama kelamaan jauh melampaui angka kecil tersebut.
Misalnya untuk :
Satu murid membayar Rp 200.000 per bulan.
5 murid membayar Rp 1.000.000 per bulan.
20 murid membayar Rp 4.000.000 per bulan.
200 murid membayar Rp 40.000.000 per bulan.
Untuk menjadi Pengusaha harus memiliki kecerdasan tinggi.
Ternyata banyak pengusaha sukses yang pendidikannya rata rata cuma sampai SMP atau SMA dan mereka tidak termasuk golongan manusia dengan kecerdasan tinggi, tapi lebih kepada intuisi dan attitude.
Untuk menjadi Pengusaha membutuhkan keahlian dan pengalaman.
Justru keahlian dan pengalaman itu adalah pintu masuk yang salah.
Menjadi pengusaha jangan bermula dari keahlian, karena
itu bertentangan dengan hukum alam. Mulailah dari melihat kebutuhan masyarakat.
Untuk menjadi Pengusaha itu harus serakah, rakus, dan jahat dan merugikan orang lain.
Apakah semua pengusaha itu perampok, atau Pedagang Shabu-shabu atau lintah darat?.
Untuk jadi pengusaha katanya sama dengan jadi seorang penjudi yang siap mempertaruhkan uang atau dana atau modal kita. Bisa berhasil tapi juga bisa gagal dan bangkrut.
Sebenarnya Pengusaha dan Penjudi itu sangat berbeda. Letak kesamaannya hanya satu yakni sama sama seorang Risk Taker atau orang yang berani ambil resiko. Kalau jadi Penjudi resiko cuma dua menang atau kalah dan resiko itu tetap sama besarnya tidak bisa diminimalis atau tidak bisa dianalisa dan tidak ada hal yang bisa dipelajari dari setiap kekalahan. Sedang jadi pengusaha resiko itu bisa di prediksi, bisa diminimalkan, resiko usaha bisa dianalisa sesuai kebutuhan pasar, ketersediaan supply dsb. Kalaupun gagal atau bangkrut kita bisa memetik pelajaran darisana.
Nah kalau ternyata jadi pengusaha itu tidak sulit, apakah anda siap menjadi seorang pengusaha?
Source : loneknight.multiply.com
Info penggunaan kartu kredit
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment