Tuesday

Harry warganegaraSosok muda ini seakan berada di mana-mana (ubikuitas). Dapat memerankan berbagai fungsi dengan sama baiknya, baik sebagai profesional di sejumlah perusahaan maupun menjadi pebisnis di sejumlah kelompok usaha. Rian S dan Sukatna

Salah satu pesan orang tua di kultur kebudayaan Jawa adalah dadio wong kang ajur ajer (Jadilah manusia yang bisa menempatkan diri sama baiknya di semua posisi). Meski kelahiran Palembang, tetapi kehidupan Harry Warganegara dijalani persis seperti nasihat tersebut. Sebagai seorang profesional ia mengemban sejumlah jabatan di beberapa perusahaan sekaligus memiliki bisnis di sejumlah kelompok usaha. Sebut saja posisinya sebagai Managing Director Crowne Plaza Hotel, Senior Vice President Corporate Structure Finance di Henan Putihrai Securities dan sedikitnya 15 perusahaan yang bergerak di berbagai bidang bisnis.

Harry+warganegaraKelahiran Palembang 4 Januari 1971 mematangkan diri sebagai profesional sebelum menggelindingkan bisnis sendiri. Lulus sarjana muda Applied Science Degree in Business Management & Accounting dari City University of New York, pria yang akrab disapa Harry ini langsung bekerja sebagai Foreign Exchange Settlement Officer di National Westminster Bank Plc, bank pelat merah milik pemerintah London di New York, pada 1993. Setahun kemudian ia sudah menimba ilmu dan pengalaman di Bear & Stearns New York sebagai Assistant Stock Broker.
Setelah merampungkan Science Degree in Business Management & Finance di City University of New York, pada 1995, Harry kembali ke tanah air dan langsung bekerja di SNS Grou sebagai Assistant Manager. Kemudia ia bergabung dengan PDFCI sebagai senior manager. Tahun 2000, ia bergabung dengan perusahaan investment banking milik Robby Johan. “Itulah awalnya saya memiliki side business. Awalnya joint dengan sepupu saya untuk menggeluti bisnis di bidang IT dan developer, di bawah payung PT Virgo Sari dan PT Lumada Sapta Mitra,” ujarnya mengenang awal mendirikan usaha sendiri.

Dua tahun kemudian ia bergabung dengan Henan Putihrai Securities sebagai Senior Vice President-Corporate Structure Finance. Pada kesempatan itu pula ia bergabung dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dan usahanya terus berkembang.Sampai saat ini ia memiliki lima kelompokk usaha, mulai dari trading, power lant, sampai angkutan minyak. “Dalam mendirikan usaha saya selalu berpartner dengan orang yang berbeda-beda,” ujarnya.

Ia mengungkapkan dalam setiap usaha yang didirikan dengan mitranya, Harry mengaku bukan sebagai pemegang saham mayoritas, melainkan minoritas, tetapi di banyak perusahaan. “Dalam suatu perusahaan siapa yang lebih kosentrasi untuk mengelola perusahaan? Pemilik saham mayoritas atau minoritas? Tentulah pemilik saham mayoritas sehingga saya bisa mengerjakan yang lain. Bukan berarti saya tidak mau bertanggung jawab. Saat ini saya lebih senang memiliki saham kecil-kecil tetapi ada di mana-mana dan mapan. Saya tidak mau terpaku pada satu jenis usaha saja. Tetapi kita masing-masing punya kontribusi bagi kemajuan perusahaan,” tuturnya memberi alasan.

Seturut perjalanan profesionalnya di Henan Putihrai ia mengaku banyak mendapat opportunity. “Ada teman yang punya perusahaan mechanical engineering sedang kesusahan lalu kita take over kemudian punya saham di situ. Saya tidak memiliki bisnis mercusuar, alhamdullilah ada di mana-mana. Hal ini memberikan nilai positif bagi saya sendiri. Kita juga sudah merambah ke resort, travel umroh dan haji, dan membangun Perumahan Sederhana (RS).”

Dengan ilmu dan pengalamannya menjadi profesional serta mengelola usaha yang demikian banyak, di usia yang ke-36 Harry ibaratnya sudah “katam” dunia bisnis. Itu sebabnya Harry ingin mendedikasikan ilmu dan pengalamannya dengan mencalonkan diri menjadi Ketua Umum HIPMI Jaya Periode 2007-2010. Untuk menggali ide-ide dan pemikirannya Majalah Pengusaha melakukan wawancara beberapa waktu lalu. Berikut petikan wawancaranya

Visi dan misi apa yang akan Anda jalankan seandainya terpilih sebagai Ketua Umum HIPMI Jaya?
Basically, HIPMI ini kan berkesinambungan. Apa yang sudah dibikin oleh para senior itu semuanya mulia dan semuanya bagus-bagus. Dan itu harus yang dipelihara. Program utama yang harus dilakukan adalah melanjutkan program-program yang ada. Kendala yang ada adalah konsistensi program tersebut. Contoh Majalah Pengusaha sendiri. Majalah ini kan dibentuk oleh para senior kita, tetapi boleh dibilang berapa prosentase majalah ini bermitra dengan HIPMI Jaya untuk akhir-akhir ini.Demikia juga dengan Bank HIPMI Jaya, belum semua anggota tahu kita punya bank. Dan masih banyak program-program yang belum tersosialisasi dengan baik.

Terus apa yang akan Anda lakukan?
Saya punya catatan tersendiri ke depan. HIPMI Jaya ini harus menjadi suatu wadah kaderisasi, mencetak pengusaha-pengusaha yang prima. Artinya, mapan, sustain dan berdaya tahan tinggi. HIPMI Jaya juga harus menjadi lembaga yang bisa mencetak pemimpin bangsa, yang berwawasan kebangsaan. Dalam arti kata berusaha oke, bisnis oke tetapi harus dalam tatanan kebangsaan, bahwa kita punya Negara Indonesia yang diperjuangkan oleh para pendahulu kita, aset-asetnya luar biasa besar, apa pun yang kita lakukan otomatis untuk memajukan perekonomian bangsa. Bukan malah menjual aset-asetnya kepada bangsa asing. Nah ini impian saya. Karena HIPMI bukan hanya lembaga pengusaha saja tetapi juga lembaga leadership, lembaga untuk mencetak profesional yang tangguh dan lembaga untuk mencetak pemimpin bangsa ke depan.

Prioritas pertama apa yang Anda lakukan jika nanti terpilih dan kemudian berapa target waktu untuk menuntaskannya?
Tiga bulan pertama melakukan mapping potensi anggota. Berapa sih pengusaha di bidang logistik? Siapa saja pemainnya? Siapa yang main di restoran dan perhotelan? Siapa sih yang di dunia perdagangan dan jasa? Siapa sih di dunia perbankan dan keuangan? Siapa yang bermain di dunia energi dan lain-lain? Setelah mapping kita melakukan pengelompokan-pengelompokan. Dalam hal ini dibikin kelompok-kelompok kerja sesuai dengan kepentingan anggota, apakah mau dibikin kelompok kerja energi atau yang lain. Kelompok-kelompok kerja inilah yang akan menemukan apa saja hambatan dari teman-teman yang bermain di industri tersebut. Kita mapping SWAT-nya. Dengan begini kita bisa punya blue print pengusaha ke depan.

Kalau program yang Anda susun tidak bisa tersosialisasi, sebagai pengalaman-pengalaman sebelumnya?
Kenapa program-program ini tidak bisa tersosialisasi dengan baik? Kendala pertama soal pengurus. Sebagai pengurus kita bersifat sukarela, tidak digaji, kita melakukan aktivitas di organisasi ini karena rasa cinta kita. Yang kedua, ini pengabdian. Ketiga ini ajang untuk menempa leadership kita. Nah otomatis ketika kita dibenturkan kepada kepentingan organisasi atau dagang, mana yang didahulukan organisasi atau dagang? Tidak munafik pasti dagang yang lebih didahulukan. Untuk mengatasi hal tersebut tata pengurus kesekretariatan harus disempurnakan, bukan berarti kepengurusan sebelumnya tidak sempurna tetapi perlu lebih dilengkapi lagi. Sekarang ini pengurus lebih banyak di adminsitratif tetapi yang menjalankan rogram tidak ada. Sudah harus ada eksekutif-eksekutifnya yang menjalankan program, mengawal program-program ini ke depan. Kita audiensi banyak, MoU dengan pihak lain banyak tetapi tidak lanjutnya tidak ada. Majalah Pengusaha sendiri juga banyak melakukan dialog-dialog (seminar) hampir tiap bulan, tetapi kita sendiri tidak partisipasi. Nah kita harus menggali kembali potensi-potensi yang ada pada HIPMI Jaya. Mulai kita punya majalah, kita punya bank, kita punya koperasi, kita punya yayasan. Kita punya resources, itu yang harus kita hidupkan kembali.

Jadi solusinya?
Harus ada unsur eksekutif yang membantu menjalankan program tersebut di HIPMI Jaya, sehingga walaupun kita sibuk berbisnis tetapi program HIPMI Jaya tidak ditinggalin, karena ada yang mengurusi itu. Misalnya kita menacari professional sebagai eksekutif di HIPMI Jaya. Mereka yang menjalankan secara full time dan dibayar.

Saat ini ada stereotif bahwa anggota HIPMI terlahir dari anak-anak orang kaya sehingga effort-nya kurang, kompetitifnya kurang, lebih banyak menerima fasilitas?
Saya rasa itu tidak bisa dinilai sebagai hal yang negative. Itu kan tergantung garis tangannya, karena tidak seorang pun bisa memilih terlahir sebagai anak siapa. Saya sendiri bukan lahir dari anak seorang pengusaha. Ayah saya hanyalah seorang pegawai BUMN biasa. Keluarga saya tidak ada yang berbisnis. Saya sendiri bisa eksis punya beberapa grup usaha seperti ini memang karena saya rintis sendiri. Saya berjuang untuk menjadi pengusaha yang mapan dan prima dan lain-lain. Kalau ada stigma mendapat kemudahan fasilitas saya rasa tidak semua. Banyak teman-teman yang berjuang berkat usaha kerasnya. Saya termasuk golongan pengusaha yang mendapat fasilitas. Saya masuk menjadi pengusaha karena ‘kecelakaan’ karena disodori opportunity dan ternyata berkembang bagus. Yang kedua, fasilitas itu mungkin dulu masih bisa, tetapi sekarang sudah tidak bisa lagi. Perbankan semuanya prudent. Proyek-proyek pemerintah check recheck-nya luar biasa. Apalagi seperti saat ini, KPK dan kejaksaan sangat kritis. Mau tidak mau sekarang ini kita harus adu profesional. Kalau namanya hubungan ya tidak bisa disalahkan. Misalnya ada dua orang yang mau kita beri kepercayaan menjalankan bisnis kita, yang satu kenal yang satu tidak kenal. Lebih prefer yang mana? Pasti kita berikan kepada yang kenal karena ini menyangkut kepercayaan. Kita bermitra kan tidak sekonyong-konyong bermitra karena berpartner ibarat orang mau nikah, kita kan kita lihat-lihat dulu. Stigma-stigma itu sudah tidak ada lagi.

Mengapa tidak merangkul Pengusaha Indonesia Keturunan, entrepreneurship mereka kan hebat?
Itu tidak ada suratan tersendiri bahwa kita tidak boleh merangkul golongan tertentu, misalnya non-pribumi. James Riady itu termasuk founder HIPMI. Di angkatan kita ini juga banyak. Ada Budi Margono, ada Dedi Setiadi, ada Hengky. Tetapi soal jumlahnya tidak banyak saya juga tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Karena dalam program rekrutmen juga bebas, kita sebarkan di media massa. HIPMI tidak melihat latar belakang dia anak siapa, tidak melihat pengusaha golongan tertentu, dari ras-ras tertentu. Yang penting warga Negara Indonesia. Makanya ada juga orang bule tetapi warga Negara Indonesia (yang masuk HIPMI).

Saya melihat HIPMI bisa jadi ajang networking yang bagus sekali, ajang leadership, ajang pertemanan yang bagus sekali dan tempat mencetak pemimpin bangsa. Bukan hanya pengusaha Indonesia Keturunan saja, banyak juga pengusaha pribumi yang tidak mau aktif. Kita punya member aktif 800 orang, namun yang mau jadi pengurus 10 persen. Pengalaman saya menjadi pengurus sebelumnya kita banyak melakukan pergantian pengurus antarwaktu karena banyak teman-teman yang diangkat menjadi pengurus tidak bisa aktif karena kesibukan. Kalau dilihat di organisasi lain, seperti saudara kita Kadin, semua orang juga ada di situ. Tidak dibatasi pribumi atau non-pribumi. Pada kenyataannya non pribumi ya minoritas, dan itu bukan disebabkan karena hambatan dalam rekrutmen ataupun ada intrik-intrik organisasi. Sekarang banyak second generation seperti anaknya Aburizal Bakrie, anaknya Bang Latief, anaknya Mas Agung Laksono ada di HIPMI , karena kenapa? Karena orang tuanya dulu juga di HIPMI. Saya sendiri apabila saatnya nanti akan merekomendasikan anak saya masuk di HIPMI karena saya menemukan suatu proses pembelajaran dan persaudaraan yang luar biasa.

Bagaimana bargaining HIPMI Jaya dengan Pemda DKI?
Kita punya hubungan harmonis dengan Pemda DKI, di bawah binaan Pak Wagub Fauzi Bowo, sebagai pelindung HIPMI Jaya. Setiap pelantikan pengurus berlangsung di Balaikota. Itu suatu proses pengayoman yang luar biasa. Tetapi kita organisasi yang independen. Tetapi dengan komunikasi yang baik itu kita bisa menjajaki peluang-peluang yang ada. Peluang-peluang yang ada juga terbuka secara umum. Sekarang ini teman-teman HIPMI Jaya juga sangat heterogen bisnisnya. Yang berkaitan dengan pemda DKI paling 10 persen.

Bagaimana langkah HIPMI Jaya agar memiliki bargaining dengan Pemda DKI sehingga peraturan yang ada tidak merugikan?
Saya sendiri yakin Pemda DKI sendiri punya blue print untuk lima dan 10 tahun ke depan seperti apa. Dengan hasil kita silaturahmi dengan Bang Yos minggu kemarin Beliau juga memaparkan mengenai rencana Pemda DKI ke depan, harapan-harapan Beliau calon penggantinya, siapa pun dia, program-rogram itu tetap dijalankan. Saya berharap hubungan yang sudah harmonis ini lebih harmonis lagi, dalam hal tujuannya sama-sama membangun Jakarta ke depan. DKI sebagai barometer dari provinsi yang lain, pengusahanya juga sebagai barometer pengusaha dari daerah lain. Pemda DKI juga programnya luar biasa, baik di sector pariwisata, penataan kota, sampai properti, transportasi, perdagangan dan lain-lain. Ke depan kita saling membantu karena para pengusaha ini merupakan pelaku-pelaku ekonomi. Dan kita senang kalau diajak berkontribusi. Kita ingin lebih bahu-membahu dengan membangun DKI, bukan dalam arti mencari proyek. Dengan adanya pengelompokan kepentingan pengusaha tadi bisa dilihat apa sih kebutuhan republik ini, apa sih kebutuhan DKI. Apa sih yang bisa dilakukan para pengusahanya. Kalau ada regulasi-regulasi yang memberatkan para pengusaha kita bisa bicarakan dengan mereka. Karena sudah selayaknya seperti itu. Karena kita tahu program-program departemen di pemerintahan kita boleh dibilang bagus-bagus tetapi berjalan sendiri-sendiri padahal saling berkaitan. Kita berusaha menjembataninya. Siapa pun pengurusnya nanti saya berharap bisa membawa HIPMI Jaya yang sudah baik ini lebih baik lagi.

Ciri orang sukses
Cara memilih bisnis yang tepat
Mengapa amerika maju
Trend pekerjaan di masa depan
Sejarah bank bca

0 comments:

Visitors

Total Pageviews

Popular Posts